Haisemua, hari ini saya akan berkongsi tentang cara baru untuk menghack akaun facebook orang yang anda inginkan.Kami di sini akan menjamin keselamatan akaun facebook anda.Kami ialah ahli kelab pengedar the hackers yang telah dijamin oleh polisi dan privacy ahli kelab ini.Jika anda ingin menghack secara sendiri di laman web kelab kami anda perlu membayar sehingga RM15 satu akaun dan langkah
Apakah Sastra itu? Cak bertanya ini enggak mudah dijawab. Setiap jawaban nan diberikan enggak akan menimbulkan kepuasan penanya. Namun demikian, takdirnya seseorang ditanya tentang apakah ia kekeluargaan membaca karya sastra. Jawabannya, “ya, korespondensi ataupun belum”. Atau, jika seseorang ditanya apakah sira menaksir sastra, dengan segera pun timbul jawabannya, “ya” alias “tidak”, sesuai dengan pengalaman keseharian hidupnya bergaul dengan sastra. Ini berarti, secara konseptual yang ditanya lain boleh mengklarifikasi tentang “apa itu sastra”, tetapi intern keseharian ia mengenal “sastra misal satu alamat yang dihadapinya. Dalam vitalitas keseharian pula, sreg umumnya orang menyukai sastra. Kata-perkenalan awal mutiara, ungkapan-kata majemuk nan berkepribadian persuasif yang merupakan salah satu ciri khas keindahan bahasa sastra sering kelihatannya digunakan makhluk dalam keadaan berkomunikasi. Warta ini menunjukkan bahwa terwalak kecenderungan orang ke arah bersastra. Untuk mengerti dan menikmati karya sastra diperlukan pemahaman tentang teori sastra. Teori sastra menjelaskan kepada kita adapun konsep sastra sebagai keseleo suatu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kita ke sisi kesadaran dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya. Dengan mempelajari teori sastra, kita akan mengerti fenomena kehidupan individu nan tertuang di intern teori sastra. Sebaliknya juga, dengan memahami fenomena umur manusia dalam teori sastra kita akan mengarifi pula teori sastra. Melalui modul ini, secara mahajana diharapkan Anda dapat memafhumi hakikat sastra dengan ruang lingkupnya sebagai bekal Kamu n domestik mempelajari apresiasi dan kajian sastra. Buat mencapai maksud tersebut, di dalamnya disajikan urutan materi riil 1. Pangsa Jangkauan Ilmu Sastra, 2. Konotasi Sastra, 3. Spesies Karya Sastra, 4. Struktur Karya Sastra, 5. Puisi, 6. Prosa, 7. Drama, 8. Pendekatan Eksplorasi Sastra, serta 9. Aliran kerumahtanggaan Karya Sastra. MODUL 1 Spektrum ILMU SASTRA TEORI SASTRA, Ki kenangan SASTRA, DAN Kritik SASTRA, SERTA HUBUNGAN ANTARA KETIGANYA Kegiatan Belajar 1 Ira Lingkup Ilmu Sastra Ilmu sastra sudah merupakan mantra yang cukup bertongkat sendok usianya. Aji-aji ini mutakadim berawal puas abad ke-3 SM, yaitu pada saat Aristoteles 384-322 SM menulis bukunya yang berjudul Poetica yang memuat tentang teori drama tragedi. Istilah poetica sebagai teori ilmu sastra, lambat laun digunakan dengan beberapa istilah bukan oleh para filsuf sastra sebagaimana The Study of Literatur, oleh Hudson, Theory of Literature Rene Wellek dan Austin Warren, Literary Scholarship Andre Lafavere, serta Literary Knowledge ilmu sastra oleh A. Teeuw. Ilmu sastra meliputi guna-guna teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiga disiplin aji-aji tersebut silih terkait privat penelitian karya sastra. Dalam perkembangan ilmu sastra, perantaraan keluih teori yang memisahkan antara ketiga disiplin ilmu tersebut. Khususnya untuk sejarah sastra dikatakan bahwa pengkajian ki kenangan sastra bersifat objektif sedangkan kritik sastra berperangai subjektif. Di samping itu, pengkajian sejarah sastra menggunakan pendekatan kesewaktuan, rekaman sastra tetapi dapat didekati dengan penilaian atau kriteria yang ada pada zaman itu. Bahkan dikatakan lain terdapat kesinambungan karya sastra satu periode dengan tahun berikutnya karena kamu mewakili waktu tertentu. Walaupun teori ini mendapat kritikan yang cukup awet dari teoretikus rekaman sastra, sahaja pendekatan ini sempat berkembang berasal Jerman ke Inggris dan Amerika. Namun demikian, privat praktiknya, sreg periode seseorang mengerjakan pengkajian karya sastra, antara ketiga kesetiaan hobatan tersebut saling terkait. Kegiatan Belajar 2 Konotasi Teori Sastra, Suara minor Sastra, dan Album Sastra Teori sastra yakni cabang aji-aji sastra yang mempelajari tentang prinsip-mandu, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan nan bukan sastra. Secara masyarakat yang dimaksud dengan teori adalah satu sistem ilmiah maupun pengetahuan sistematik nan menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejalagejala yang diamati. Teori weduk konsep/ uraian tentang hukum-hukum publik suatu objek guna-guna pengetahuan semenjak suatu tutul pandang tertentu. Suatu teori dapat dideduksi secara sensibel dan dicek kebenarannya diverifikasi alias dibantah kesahihannya pada target maupun gejala-gejala yang diamati tersebut. Kritik sastra lagi babak dari guna-guna sastra. Istilah bukan nan digunakan para pengkaji sastra ialah selidik sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan studi sastra. Bikin membuat suatu kritik nan baik, diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak privat menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra, penguasaan, dan pengalaman yang cukup dalam semangat nan bersifat nonliterer, serta tentunya penguasaan tentang teori sastra. Sejarah sastra bagian pecah ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari perian ke musim. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan nan memuati bekas sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta situasi-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan saintifik sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya sastra berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh yang melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik. Kegiatan Sparing 3 Persaudaraan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek nan terletak di dalam karya sastra, baik konvensi bahasa yang menghampari makna, kecondongan, struktur, pilihan kata, alias konvensi sastra yang meliputi tema, otak, penokohan, alur, rataan, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi enggak, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, menjatah pertimbangan, serta memberikan penilaian akan halnya nama dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Mangsa kerja kritikus sastra yaitu dabir karya sastra dan langsung pembaca karya sastra. Bakal menerimakan pertimbangan atas karya sastra sastrawan bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra. Demikian juga terjadi jalinan antara teori sastra dengan ki kenangan sastra. Rekaman sastra adalah episode dari ilmu sastra yang mempelajari kronologi sastra dari perian ke hari, hari ke periode sebagai babak pecah kesadaran terhadap budaya bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu kewedanan, satu kebudayaan, diperoleh berusul penelitian karya sastra nan dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-pertepatan karya sastra pada periode-hari tertentu. Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, rekaman sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan. Daftar bacaan Arya, Putu. 1983. Pujian Syair dan Prosa. Ende Flores Nusa Indah. Effendi. S. 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta Tangga Mustika Bendera. Fananie, Zainuddin. 1982. Selidik Sastra. Surakarta Muhamadiyah University Press. Luxemburg, 1982. Pengantar Guna-guna Sastra. Tafsiran Dick Hartoko. Jakarta Gramedia. Mido, Frans. 1982. Cerita Ancangan dan Seluk Beluknya. Ende, Flores Nusa Mulia 1994. Taruk Atar M. 1992. Anatomi Sastra. Bandung Rosda Karya. Sudjiman, Panuti. 1992. Memaklumi Cerita Antisipasi. Bandung Remaja Rosda Karya. Suyitno. Sastra. 1986. Pengelolaan Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta Hanindita. Tarigan Guntur H. 1986. Prinsip-prinsip Radiks Sastra. Bandung Angkasa. Tjahjono Libertus, Lengkung langit. 1986. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende, Flores Nusa Sani. Waluyo, Herman. 1986. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta UNS. Wellek & Warren A. 1986. Teori Karangmengarang Diindonesiakan Melami Budianta. MODUL 2 HAKIKAT SASTRA SERTA TEKS DAN KONTEKS Kegiatan Sparing 1 Hakikat Sastra Pengertian mengenai sastra terlampau beragam. Berbagai kalangan mendefinisikan denotasi tersebut menurut varian kognisi mereka masing-masing. Menurut A. Teeuw, sastra dideskripsikan ibarat segala sesuatu yang tertulis; pemakaian bahasa intern rangka tulis. Temporer itu, Jacob Sumardjo dan Saini mendefnisikan sastra dengan 5 biji pelir pengertian, dan mulai sejak ke-5 pengertian tersebut dibatasi menjadi sebuah definisi. Sastra ialah idiom pribadi manusia yang aktual pengalaman, pemikiran, hidup, dan keyakinan n domestik satu tulang beragangan gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan organ bahasa. Secara lebih rinci lagi, Faruk mencadangkan bahwa plong sediakala signifikasi sastra amat luas, yakni mencakup segala macam hasil aktivitas bahasa atau tulis-menulis. Seiring dengan meluasnya kebiasaan membaca dan menulis, pengertian tersebut menyempit dan didefinisikan sebagai segala hasil aktivitas bahasa yang berperangai imajinatif, baik internal umur yang tergambar di dalamnya, ataupun dalam hal bahasa nan digunakan bakal memvisualkan sukma itu. Bakal mempelajari sastra lebih dalam pula, setidaknya terdapat 5 karakteristik sastra yang terlazim dipahami. Pertama, pemahaman bahwa sastra memiliki tafsiran mimesis. Artinya, sastra yang diciptakan harus mencerminkan takrif. Sekiranya kembali belum, karya sastra yang diciptakan dituntut untuk mendekati warta. Kedua, manfaat sastra. Mempelajari sastra mau tidak cak hendak harus mengetahui barang apa kebaikan sastra bagi para penikmatnya. Dengan mengetahui khasiat yang ada, paling lain kita congah memasrahkan kesan bahwa sastra nan diciptakan berharga kerjakan kemaslahatan hamba allah. Ketiga, dalam sastra harus disepakati adanya zarah fiksionalitas. Zarah fiksionalitas koteng merupakan cerminan deklarasi, merupakan unsur realitas yang enggak terkesan’ dibuat-bakal. Keempat, pemahaman bahwa karya sastra merupakan sebuah karya seni. Dengan adanya karakteristik ibarat karya seni ini, pada karenanya kita dapat mengeluarkan mana karya yang tertera sastra dan tidak sastra. Kelima, setelah empat karakteristik ini kita pahami, puas karenanya harus bermuara pada wara-wara bahwa sastra merupakan putaran dari masyarakat. Keadaan ini mengindikasikan bahwa sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu punya isyarat, yang adv minim lebih sekelas, dengan norma, kebiasaan, atau kebiasaan yang muncul berbarengan dengan hadirnya sebuah karya sastra. Kegiatan Membiasakan 2 Teks dan Konteks Bacaan yakni kata majemuk bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan sebuah keesaan, sedangkan konteks merupakan fungsi yang diacu oleh wacana. Baik teks maupun konteks, keduanya senantiasa hadir secara bersama dan lain dapat dipisahkan. Terletak heksa- faktor nan menentukan sebuah teks. Faktor tersebut seterusnya disebut sebagai faktor-faktor yang bermain privat tindak komunikasi. Keenam faktor tersebut adalah 1 pemancar, 2 penerima, 3 pesan teks itu sendiri, 4 amanat alias konteks yang diacu, 5 kode, dan 6 saluran. Sementara itu, terdapat empat jenis teks, yaitu 1 teks sempurna, 2 teks ekspresif, 3 bacaan persuasif, dan 4 teks-teks mengenai teks. Teks teladan dibedakan pun menjadi tiga, yakni 1 wacana informatif, 2 bacaan diakursif, dan 3 wacana instruktif. Pada kesudahannya, semua pembahasan mengenai teks harus bermuara pada bagaimana mandu membiji teks-teks sastra. Memang, ilmu sastra tidak memasrahkan penilaian pada teks, enggak membidas baik-buruknya pustaka, tetapi dia bersama para ahli estetika dan pula kritikus sastra, mempelajari fakta dan relasi-korespondensi atau instrumen-instrumen yang diungkapkan dalam sebuah penilaian. DAFTAR PUSTAKA Alha Kaisar. 1998. BMP Pendidikan Pancasila. Jakarta Penerbit Karunika. Depdiknas.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Wacana. Depdiknas. 2000. Pengelolaan Bahasa Sahih Bahasa Indonesia. Jakarta Aula Teks. Hartoko, Dick. 1986. Pengantar Ilmu Sastra Terjemahan. Jakarta Gramedia. Tunas, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang Angkasa Raya. Sumardjo, Jakob dan Saini, 1991. Penghormatan Kesusatraan. Jakarta Gramedia. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Kaidah-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Teeuw, A. 1987. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta Referensi Jaya. Tohari, Ahmad. 1991. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta Gramedia. —————–1994. Bekibar Merah. Jakarta Gramedia. ——————1992. Senyum Karyamin Kumpulan Cerpen. Jakarta Gramedia. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Dasar-dasar Teori Sastra. Jakarta. MODUL 3 JENIS-Varietas GENRE SASTRA Kegiatan Membiasakan 1 Sastra Imajinatif Sastra imajinatif adalah sastra nan berupaya untuk menerangkan, menjelaskan, memahami, membuka pandangan mentah, dan memasrahkan makna realitas hidup mudah-mudahan sosok lebih mencerna dan beraksi yang semestinya terhadap realitas kehidupan. Dengan kata lain, sastra imajinatif berupaya menyempurnakan realitas arwah walaupun sebenarnya fakta atau realitas arwah sehari-tahun lain semacam itu penting internal sastra imajinatif. Keberagaman-keberagaman tersebut antara enggak puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama. Puisi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni puisi wiracerita, puisi lirik, dan tembang dramatik. Fiksi atau prosa naratif terbagi atas tiga genre, yakni novel atau tampang, kisah singkat cerpen, dan novelet novel “pendek”. Dagelan adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Pada akhirnya, semua pembahasan tentang sastra imajinatif ini harus bermuara plong bagaimana cara memahami ketiga jenis sastra imajinatif tersebut secara komprehensif. Tanpa adanya kognisi ini, apa yang dipelajari dalam hakikat dan macam sastra imajinatif ini hanya semata-mata hiasan ilmu yang akan cepat pudar. Kegiatan Belajar 2 Sastra Non-imajinatif Sastra non-imajinatif n kepunyaan beberapa ciri yang mudah membedakannya dengan sastra imajinatif. Setidaknya terletak dua ciri nan berkenaan dengan sastra tersebut. Pertama, kerumahtanggaan karya sastra tersebut atom faktualnya lebih menonjol daripada khayalinya. Kedua, bahasa yang digunakan merentang denotatif dan kalaupun muncul figuratif, kekonotatifan tersebut amat mengelepai sreg gaya penulisan nan dimiliki pengarang. Persamaannya, baik sastra imajinatif maupun non-imajinatif, keduanya setara-sekelas memenuhi estetika seni unity = keutuhan, balance = keseimbangan, harmony = keselarasan, dan right emphasis = pusat penekanan satu unsur. Sastra non-imajinatif itu sendiri yakni sastra nan lebih menonjolkan unsur kefaktualan daripada daya khayalnya dan ditopang dengan penggunaan bahasa yang mendekati denotatif. Intern praktiknya jenis sastra non-imajinatif ini terdiri atas karya-karya yang berbentuk esai, suara, biografi, autobiografi, profil, coretan buku harian, dan surat-surat. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Bacaan. Depdiknas. 2000. Tata Bahasa Sahih Bahasa Indonesia. Jakarta Aula Pustaka. Hartoko, Dick. 1986. Pengantar Guna-guna Sastra. Terjemahan. Jakarta Gramedia. Rosidi, Ajip. 1977. Laut Dramatis Langit Biru. Jakarta Pustaka. Sumarjo, Jakob dan Saini, K. M. 1991. Sanjungan Kesustraan. Jakarta Gramedia. Tarigan, Henri Guntur. 1986. Prinsip-kaidah Pangkal Sastra. Bandung Angkasa. Teeuw, A. 1987. Sastra dan Hobatan Sastra. Jakarta Pustaka Jaya. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Dasar-radiks Teori Sastra. Jakarta Gramedia. MODUL 4 STRUKTUR PEMBANGUNAN KARYA SASTRA Kegiatan Membiasakan 1 Anasir Intrinsik dan Ekstrinsik Puisi Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Keterikatan yang erat antarunsur tersebut dinamakan struktur pembina karya sastra. Zarah intrinsik ialah zarah yang secara langsung membangun cerita dari n domestik karya itu sendiri, padahal zarah ekstrinsik yakni zarah nan timbrung membangun narasi bersumber luar karya sastra. Unsur intrinsik yang terdapat dalam syair, prosa, dan drama memiliki perbedaan, sesuai dengan ciri dan hakikat dari ketiga genre tersebut. Namun unsur ekstrinsik plong semua jenis karya sastra mempunyai ekuivalensi. Unsur intrinsik sebuah puisi terdiri dari tema, wara-wara, sikap atau nada, pikiran, tipografi, enjambemen, akulirik, rima, citraan, dan gaya bahasa. Zarah ekstrinsik yang banyak mempengaruhi tembang antara bukan elemen biografi, partikel kesejarahan, serta unsure kemasyarakatan. Kegiatan Belajar 2 Molekul Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa Anasir pembangun prosa terdiri bersumber struktur dalam atau molekul intrinsik serta struktur luar maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik prosa terdiri berasal tema dan pemberitahuan, galur, pemrakarsa, latar, sudut pandang, serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk mengekspresikan gagasannya. Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri bersumber tema terdahulu serta beberapa tema kaki tangan. Sreg cerpen nan memiliki pelukisan kian singkat, biasanya hanya terdapat tema terdepan. Alur adalah struktur penceritaan yang dapat bergerak berbudaya galur maju, mengaret alur ki bertambah, atau gabungan dari kedua silsilah tersebut alur campuran. Rayapan silsilah dijalankan oleh tokoh narasi. Tokoh yang menjadi sendi cerita dinamakan pentolan gerendel. Gembong adalah pelaku di intern cerita. Berdasarkan peran tokoh dapat dibagi menjadi tokoh utama, tokoh antek, dan tokoh suplemen. Tokoh tercipta berkat adanya penokohan, yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan penggerak kisah. Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode a analitik, b dramatik, dan c kontekstual. Biang keladi cerita akan menjadi spirit jika beliau memiliki watak seperti layaknya turunan. Watak tokoh terdiri berbunga sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Prinsip kerja pengarang memberi watak plong tokoh kisah dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui matra a fisik, b psikis, dan c sosial. Satah berkaitan rapat persaudaraan dengan inisiator dan alur. Satah adalah seluruh warta mengenai bekas, tahun, serta suasana yang cak semau internal cerita. Rataan tempat terdiri dari arena yang dikenal, wadah tidak dikenal, serta tempat yang sekadar ada intern takhayul. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, doang ada sekali lagi yang tidak bisa diketahui secara karuan. Pendirian kerja pengarang lakukan membangun cerita bukan namun melewati penokohan dan perwatakan, dapat sekali lagi melangkahi sudut pandang. Kacamata pandang yakni kaidah pengarang lakukan menetapkan siapa nan akan mengisahkan ceritanya, yang boleh dipilih dari tokoh atau berasal narator. Ki perspektif pandang melalui penggerak cerita terdiri dari a sudut pandang akuan, b kacamata pandang diaan, c kacamata pandang campuran. Dalam menuangkan kisahan menggunakan medium bahasa, pengarang netral menentukan akan menggunakan bahasa kebangsaan, bahasa daerah, dialek, alias bahasa luar. Kegiatan Belajar 3 Anasir Intrinsik dan Ekstrinsik Sandiwara Karya sastra drama punya unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik yang diperlukan untuk membangun ceritanya. Elemen intrinsik drama terdiri berusul tema, plot, pelopor, dialog, kepribadian, serta rataan. Drama yang yaitu ciptaan kreatif pengarang harus memiliki tema yang langgeng, agar tercipta sebuah kisah yang tak lekang oleh musim. Tanpa adanya konflik, cerita sandiwara tradisional akan terasa membosankan. Konflik terdapat di dalam plot, yang terjadi karena adanya ketegangan antartokoh. Inisiator drama terbagi menurut peran dan fungsinya dalam lakon. Menurut perannya penggagas terdiri berasal motor terdepan, tokoh bidak, serta tokoh tambahan. Di dalam drama arti tokoh dulu berharga, yaitu laksana pentolan protagonis, tokoh imbangan, dan tokoh tritagonis. Cakapan merupakan ciri utama drama yang mungkin konkret dialog namun dapat pula berbentuk monolog. Selain itu, cak semau lagi budi dan latar yang ganti berhubungan dempet. Latar dalam drama lampau mempengaruhi kepribadian pentolan. Daftar pustaka Atmazaki. 1993. Analisis Sajak Teori, Metodologi, dan Petisi. Bandung Angkasa. Bachri, Sutardji Calzoum. 1981. O, Amuk, Kapak. Jakarta Sinar Harapan. Damono, Sapardi Djoko. 1994. Hujan angin Bulan Juni. Jakarta Gramedia Widiasarana Indonesia. Herfanda, Ahmadun Yosi. 1996. Berdoa Rumputan. Yogyakarta Bentang Budaya. Jabbar, Hamid. 1998 . Super Hilang. Jakarta Balai Pustaka. Laurence, Perrine. 1973. Sound and Sense An Introduction to Poetry. New York Harcout Brace Javanovich. Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Rampan, Korrie Layun. 1985. Puisi Indonesia Tahun Ini Sebuah Suara minor. Jakarta Yayasan Diseminasi. Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta Yayasan Arus. ———–. 2001. Sandiwara bangsawan, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta Hanindita Graha Widya. Wellek, Rene dan Austrin Warren. 1990. Teori Karangmengarang. Melani Budianta Terj. Jakarta Gramedia. MODUL 5 PUISI Kegiatan Belajar 1 Signifikasi dan Ciri-ciri Puisi Puisi ialah pikiran penyair nan diungkapkan n domestik seleksian prolog nan ekonomis, serta mengandung rima dan irama. Ciri-ciri tembang dapat dilihat bersumber bahasa yang dipergunakan serta berpokok wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan, padahal wujud puisi terdiri berpokok bentuknya nan berbait, letak nan tertata ke bawah, dan tidak mementingkan ejaan. Bagi memahami tembang dapat pula dilakukan dengan membedakannya dari rajah prosa. Kegiatan Belajar 2 Jenis-jenis Sajak Berlandaskan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu syair lama, puisi plonco, dan puisi modern. Puisi lama adalah puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda, sehingga belum tampak adanya pengaruh dari kebudayaan barat. Sifat umum lama yang statis dan bebas, melahirkan bentuk tembang nan statis pula, yaitu lalu terpukau pada resan tertentu. Pantun terdiri berpokok mantra, bidal, pantun dan karmina, talibun, seloka, gurindam, dan tembang. Puisi hijau adalah syair yang muncul plong masa penjajahan Belanda, sehingga plong sajak hijau terlihat adanya pengaruh dari kebudayaan Eropa. Penetapan variasi puisi plonco bersendikan sreg jumlah larik yang terwalak dalam setiap bait. Diversifikasi puisi baru dibagi menjadi distichon, sajak tiga seuntai, quatrain, quint, sextet, septima, stanza atau oktaf, serta soneta. Puisi beradab merupakan syair yang berkembang di Indonesia selepas hari penjajahan Belanda. Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi bertamadun dapat dibagi menjadi puisi epos, puisi lirik, dan puisi dramatik. Kegiatan Belajar 3 Analisis Atom-zarah Intrinsik Puisi Bakal memahami makna sebuah tembang dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, misalnya dengan mengkaji gaya bahasa dan rencana tembang. Tendensi bahasa yang dipergunakan penyair mencakup 1 Gaya bunyi yang membentangi asonansi, aliterasi, persajakan, efoni, dan kakofoni. 2 Gaya kata yang membahas akan halnya tubian kata dan diksi. 3 Gaya kalimat yang berisi tendensi implisit dan mode retorika. 4 Larik, dan 5 bahasa kiasan. Memahami syair melalui bentuknya dapat dilakukan dengan menelaah tipografi, tanda baca, serta enjambemen. Bikin mempermudah dan memperjelas penganalisisan syair, di depan setiap jajar berilah bernomor urut. Apabila puisi yang hendak dianalisis tersebut memiliki beberapa bait, dapat lagi diberi bernomor sreg setiap baitnya. Kegiatan Belajar 4 Penafsiran Puisi Agar bisa mengarifi isi puisi diawali dengan menelaah atau melakukan amatan terhadap gaya maupun bentuk puisi nan bersama-sama mewujudkan suatu keutuhan isi puisi. Perhatikan seandainya terletak hal-hal yang menghela perhatian, misalnya kepala karangan serta kekerapan introduksi. Banyaknya kata yang berulang dapat menggiring pembaca dalam mengarifi tema. Jika terdapat kuplet nan mengandung kurang lirik, galibnya di sanalah tertuang tema puisi. Begitu juga halnya sreg kepala karangan yang pula boleh memperkirakan tema. Tetapi ingat, judul belum tentu seperti tema. Mengetahui tema serta akulirik merupakan langkah permulaan nan harus dilakukan dalam upaya memafhumi tembang. DAFTAR Pustaka Anwar, Chairil. 2000. Derai-derai Cemara. Jakarta Yayasan Indonesia. Atmazaki. 1993. Amatan Tembang Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Bandung Angkasa. Bachri, Sutardji Calzoum. 1981. O, Amuk, Pisau penebang. Jakarta Sinar Harapan. Hamzah, Amir. 1977. Buah Rindu. Jakarta Dian Rakyat. Ismail, Taufik. 1993. Totaliterisme dan Pertahanan. Jakarta Yayasan Ananda. Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Pendalaman Puisi. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Situmorang, B. P. 1983. Puisi Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur. Ende-Flores Nusa Indah. Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Tembang. Jakarta Erlangga. MODUL 6 PROSA Kegiatan Belajar 1 Pengertian dan Ciri Prosa Fiksi Prosa fiksi ibarat kisah rekaan bukan berarti prosa fiksi adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa fiksi adalah perpaduan atau kooperasi antara pikiran dan pikiran. Fiksi dapat dibedakan atas fiksi yang realitas dan fiksi yang aktualitas. Fiksi realitas mengatakan “seandainya semua fakta, maka beginilah yang akan terjadi. Makara, fiksi realitas adalah peristiwa-hal nan dapat terjadi, saja belum tentu terjadi. Juru tulis fiksi membuat para tokoh imaginatif dalam karyanya itu menjadi semangat. Fiksi aktualitas mengatakan “karena semua fakta maka beginilah yang akan terjadi”. Jadi, aktualitas artinya hal-hal yang etis-moralistis terjadi. Contoh roman sejarah, kisah perjalanan, riwayat hidup, otobiografi. Prosa caruk berpunca dari lingkungan vitalitas yang dialami, disaksikan, didengar, dan dibaca oleh pengarang. Adapun ciri-ciri prosa fiksi adalah bahasanya terurai, bisa memperluas pesiaran dan menggunung pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Prosa fiksi dapat mengemukakan deklarasi mengenai suatu kejadian kerumahtanggaan kehidupan. Maknanya dapat berarti ambigu. Prosa fiksi melukiskan realita imajinatif karena imajinasi selalu terikat plong realitas, sedangkan realitas bukan mungkin lepas dari imajinasi. Bahasanya makin condong ke bahasa figuratif dengan menekankan lega pemanfaatan kata-introduksi konotatif. Selanjutnya prosa fiksi mengajak kita untuk berkontemplasi karena sastra menyorongkan interpretasi pribadi yang berhubungan dengan imajinasi. Kegiatan Belajar 2 Jenis-jenis Prosa Berdasarkan pembagian sejarah sastra Indonesia, dikenal 2 macam sastra, yaitu sastra klasik dan sastra modern. Sastra modern teragendakan di dalamnya prosa mentah yang mencakup roman, novel, novel tenar, cerpen. Seterusnya sastra klasik termasuk di dalamnya yaitu prosa lama yang mencakup cerita rakyat, dongeng, cerita binatang, epos, saga, mite, kisah jenaka, narasi pelipur lara, sage, hikayat, dan galur. Roman yaitu salah satu spesies karya sastra perbuatan prosa. Signifikasi wajah pada sediakala ialah kisah yang ditulis dalam bahasa Romana. Dalam perkembangannya kemudian, durja berupa cerita yang mengisahkan peristiwa/pengalaman lahir/batin beberapa tokoh pada suatu hari tertentu. Keadaan ini terjadi pada penghabisan abad ke-17. Jalan wajah mencecah puncaknya pada abad ke-18. Pada abad ke-19 muncullah penulis-penulis paras yang termasyhur, seperti Honore de Balzac, Gustave Flaubert, Emile Zola, Charles Dickens, Leo Tolstoy, F. Dostojevski. Perekam-penulis roman ini kemudian disusul maka itu rekan-rekannya yang mewakili abad ke-20, seperti Proust, Joyce, Kafka, dan Faulkner. Rangka nan hampir sebagaimana cahaya muka adalah novel. Buat pembaca masyarakat, kedua rang ini musykil dibedakan. Pada dasarnya novel atau roman menceritakan hal luar halal nan terjadi dalam nyawa turunan sehingga jalan kehidupan tokoh cerita nan ditampilkan boleh berubah. Novel dapat dibedakan menjadi novel kedaerahan, novel ilmu jiwa, novel sosial, novel gotik, dan novel ki kenangan, serta novel populer. Kisah variasi lain nan memiliki ciri utama sepertri novel merupakan cerpen. Bedanya dengan novel, cerpen penceritaannya kian ringkas, masalahnya lebih padu dan plotnya tunggal dan terfokus ke akhir cerita. Sebuah narasi yang panjang yang berjumlah ratusan jerambah, jelas tidak dapat disebut dengan cerpen. Kegiatan Belajar 3 Zarah Intrinsik Prosa Partikel intrinsik prosa terdiri atas silsilah, tema, motor dan penokohan, meres/setting, sudut pandang, gaya, pelukisan, dan amanat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian hal dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus membubuhi cap elus episode-bagian dalam keseluruhan fiksi, bahwa pada kebanyakan galur cerita perhitungan terdiri atas 1. alur buka, yaitu kejadian terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya;2. alur tengah, merupakan kondisi tiba bergerak ke arah kondisi nan memulai memuncak;3. Silsilah puncak, yakni kondisi mencapai titik puncak umpama klimaks peristiwa ; dan4. alur tutup Dengan kata lain, alur narasi meliputi paparan, konflik, klimaks dan penyelesaian. Kedelapan zarah tersebut ganti mengisi privat sebuah prosa. Tema, misalnya menjadi sentral yang mengilhami kisahan. Begitu juga dengan penokohan yang meramu watak tokohnya menjadi penyampai pesan nan diinginkan pengarang, baik nan bengis alias nan baik. Mudahmudahan penokohan ini tampak lebih jiwa, ditopang dengan latar/setting kisah, gaya, penggambaran dan amanat. Kegiatan Berlatih 4 Atom Ekstrinsik dan Tingkat Penilaian karya Sastra Unsur ekstrinsik prosa fiksi ialah barang apa faktor luar yang melatarbelakangi reka cipta karya sastra seperti nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai kepatutan, angka psikologi. Ia adalah kredit subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial,senawat, tendensi yang memurukkan dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Lega gilirannya unsure ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya sastra itu, cukup membantu para penelaah sastra dalam mengarifi dan menikmati karya yang dihadapi. Pengalaman mendalam dan perkenalan awal unsur ekstrinsik tersebut memungkinkan seseorang penelaah mampu ,menginterpretasikan karya sastra dengan lebih tepat. Elemen tingkat nilai penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau vegetatif, neveau animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/ sempurna. Daftar pustaka Arya, Putu.1983. Apresiasi Tembang dan Prosa. Ende Flores Nusa Sani. Effendi. S. 1982. Didikan Penghargaan Sajak. Jakarta Hierarki Mustika Alam. Fananie, Zainuddin. 1982. Periksa Sastra. Surakarta Muhammadiyah University Press. Luxemburg, 1984. Pengantar Guna-guna Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta Gramedia. Mido, Frans. 1984.Kisah Rekaan dan Seluk Beluknya. Ende-Flores Nusa Mulia . Recup Atar M. 1992. Ilmu urai Sastra. Bandung Rosda Karya. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Kisah Estimasi. Bandung Taruna Rosda Karya. Suyitno. Sastra. 1992. Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta Hanindita. Tarigan Guntur H. 1985. Prinsip -prinsip Sumber akar Sastra. Bandung Angkasa. Tjahjono Libertus, Cakrawala. 1988. Sastra Indonesia, Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende Flores Nusa Mulia. Waluyo, Herman . 1984. Investigasi Prosa Fiksi. Surakarta UNS. Wellek & Warren A.1993. Teori Kesusasteraan Diindonesiakan Melami Budianta Jakarta Gramedia. MODUL 7 SELUK-BELUK DRAMA Kegiatan Belajar 1 Signifikasi Sandiwara radio Laku dalam Simulasi Realitas Sandiwara radio ialah laku yang bercermin laku kerumahtanggaan kehidupan nyata untuk menyerahkan penguatan dan alternatif bagi jiwa itu koteng. Karena yang ditekankan adalah laku, maka kata-pembukaan/dialog dalam sandiwara bangsawan harus dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan situasi interaksi atau komunikasi manusia yang melibatkan tidak sekadar kata-prolog/dialog itu koteng, tetapi juga kejadian yang melingkungi dialog, seperti siapa yang berdialog, kapan dan di mana dialog itu berlangsung, dan mengapa dialog itu diutarakan. Dengan demikian, dalam larap drama kita mematamatai kesatuan antara alas kata-kata, perbuatan, dan situasi. Rasam kemenyatuan ini lewat sesuai alias mirip dengan hal nan berlangsung dalam hayat komunikasi orang yang berupa. Maka dari itu karena itu, sandiwara bangsawan bisa berfungsi sebagai media simulasi realitas, yaitu kendaraan bakal menghaluskan dan mengembangkan diri manusia dan kebudayaannya melalui reboisasi angka kultural/keagamaan, penyampaian pemikiran baru, dan presentasi kritik sosial. Kegiatan Sparing 2 Struktur Drama Sebagai naskah nan utuh, sandiwara tradisional dibangun oleh beberapa unsur yang saling berkaitan, adalah dialog, wangsit pemanggungan, plot, dan budi. Dialog merupakan ucapan tokoh tertentu yang kemudian disusul oleh ucapan motor nan tak. Melangkaui pergiliran ucapan tokoh-tokoh itulah segala informasi diutarakan perlahan-lahan berbunga awal sampai penutup drama. Karena itulah geta dialog sangat bermanfaat dan terdepan di dalam ketoprak. Selain itu, deklarasi juga diberikan melangkaui ajaran pemanggungan. Petunjuk pemanggungan adalah teks dalih yang berfungsi buat mengasihkan wangsit mengenai berbagai aspek pemang-gungan, yaitu aspek budi, penuturan, dan desain. Teks ini siapa terdapat di internal dialog intradialog dan siapa juga terwalak di luar dialog ekstradialog. Unsur sandiwara boneka berikutnya adalah plot, yaitu pola pengaturan kejadian kerumahtanggaan drama nan membuat kejadian-situasi tersebut saling bersambung secara sensibel, utuh, dan bermakna. Peristiwa-kejadian dalam drama tentu doang muncul karena adanya tindakan tokoh/khuluk dramatik dengan segala aspek psikis, moral, sosial, dan ciri fisiknya. Kegiatan Belajar 3 Diversifikasi Drama Lega biasanya, ketoprak dikelompokkan privat dua jenis, yaitu tragedi dan komedi. Penjenisan ini didasarkan pada cara pandang filosofis sandiwara boneka tersebut terhadap hakikat kehidupan makhluk. Pandangan usia yang eksklusif kerumahtanggaan sandiwara boneka tragedi terletak pada penegasan bahwa manusia harus menerima suratan nasib yang tidak dapat dihindarkan. Sekadar, tragedi pula memvisualkan pesiaran bahwa meskipun kita harus menghadapi dan menerima suratan kehidupan, kita juga n kepunyaan kebutuhan yang kuat kerjakan memberi makna pada spirit kita. Oleh karena itu, roh drama tragedy tidaklah pasif, melainkan penuh dengan semangat perjuangan, yakni perbantahan untuk memberi makna pada nasib kehidupan manusia. Mengenai kelucuan menayangkan embaran bahwa seberapa mana tahu lagi kita turun atau gagal, kita akan dapat bangkit pun dan meneruskan sukma. Komedi memperlihatkan kehendak hidup yang tak terpadamkan. Inilah nyawa nan memprakarsai tokoh-tokohnya, ialah semangat untuk merayakan kesenangan hidup. Kegembiraan hidup itu ditunjukkan dengan prinsip menyimpangkan kesungguhan dan kesakitan kesengsaraan sedemikian rupa sehingga boleh menimbulkan kelucuan. Kegiatan Berlatih 4 Pementasan Sandiwara bangsawan Tulisan tangan ketoprak dibuat tidak semata-mata bikin dibaca, tetapi kian dimaksudkan untuk dipentaskan. Buat mewujudkan tulisan tangan drama menjadi sebuah pementasan, diperlukan banyak pihak yang harus bekerja setara secara kompak. Pihak-pihak tersebut adalah produser, sutradara, aktor/aktris, dan desainer. Berbagai rupa pihak ini kemudian menidakkan atau mengonkretkan naskah menjadi konsep produksi, yaitu suatu rumusan sempurna ataupun ide sumber akar yang mengesakan berbagai aspek pementasan yang berbeda sehingga dapat terbentuk suatu sudut pandang pemaknaan bersama terhadap produksi pementasan. Rumusan ini berwatak general, riil, dan inspiratif. Dengan panduan konsep produksi itulah berbagai pihak tersebut saling memberikan kontribusi demi terciptanya pementasan yang berhasil. Daftar pustaka Awuy, Tommy. 1992. Teater Indonesia Konsep, Sejarah, dan Problema. Jakarta Dewan Kesenian Jakarta. Corrigan, Robert W. 1979. The World of Theatre. Glenview Scott, Foresman and Co. Dahana, Radhar Panca. 2000. Homo Theatricus. Magelang Yayasan Indonesia Stempel. Esslin, Martin. 1979. An Anatomy of Drama. New York Hill and Wang. Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta Media Pressindo. Sugiyati, dkk. 1993. Teater untuk Dilakoni. Bandung Studiklub Teater Bandung. Sumardjo, Jakob. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Sandiwara tradisional Indonesia. Bandung Citra Aditya Bakti. MODUL 8 TEORI-TEORI SASTRA Kegiatan Belajar 1 Teori Psikoanalisis Sastra Teori sastra psikoanalisis menganggap bahwa karya sastra seumpama symptom gejala berpokok pengarangnya. Dalam pasien histeria gejalanya muncul dalam bentuk gangguangangguan fisik, sementara itu dalam diri sastrawan gejalanya unjuk n domestik lembaga karya bernas. Maka itu karena itu, dengan anggapan semacam ini, induk bala-penggagas dalam sebuah novel, misalnya akan diperlakukan sebagaimana manusia yang spirit di intern lamunan si pengarang. Konflik-konflik kejiwaan yang dialami inisiator-inisiator itu dapat dipandang ibarat pencerminan atau representasi dari konflik kejiwaan pengarangnya sendiri. Akan tetapi harus diingat, bahwa pencerminan ini berlanjut secara sonder disadari oleh si pengarang novel itu sendiri dan sering kali n domestik rajah nan sudah terdistorsi, seperti halnya nan terjadi dengan damba. Dengan kata enggak, ketaksadaran pengarang bekerja melangkaui aktivitas kreasi novelnya. Makara, karya sastra sebenarnya yaitu pelepasan secara tersembunyi atas hasrat pengarangnya nan terkekang terepresi internal ketaksadaran. Kegiatan Sparing 2 Teori Sastra Struktural Pengkajian kajian sastra sistemis tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu sebagai incaran kajiannya. Yang menjadi korban kajiannya adalah sistem sastra, adalah semberap konvensi yang hipotetis dan awam yang menata hubungan beraneka rupa unsur dalam wacana sastra sehingga atom-unsur tersebut berkaitan satu sejajar tidak dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi nan membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran umum tertentu, namun pengkajian sastra structural beranggapan bahwa konvensi tersebut boleh dilacak dan dideskripsikan dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah berusul pengarang alias realitas sosial. Analisis nan seksama dan menyeluruh terhadap interelasi-persaudaraan berbagai unsure yang membangun wacana sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra. Kegiatan Berlatih 3 Teori Sastra Feminis Teori sastra feminisme melihat karya sastra sebagai bayangan realitas sosial patriarki. Makanya karena itu, maksud penerapan teori ini adalah untuk membongkar anggapan patriarkis nan jadi-jadian melalui gambaran atau citra perempuan intern karya sastra. Dengan demikian, pembaca atau peneliti akan membaca pustaka sastra dengan kesadaran bahwa dirinya adalah amoi yang tertindas maka itu sistem sosial patriarki sehingga dia akan jeli melihat bagaimana bacaan sastra nan dibacanya itu menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis. Di samping itu, pengkhususan sastra dengan pendekatan feminis tak minus hanya pada upaya membongkar anggapan-anggapan patriarki nan terkandung dalam cara penggambaran perempuan melampaui teks sastra, tetapi berkembang kerjakan mengkaji sastra perempuan secara khusus, adalah karya sastra yang dibuat oleh suku bangsa perawan, yang disebut pula dengan istilah ginokritik. Di sini yang diupayakan merupakan penelitian mengenai kekhasan karya sastra yang dibuat kaum amoi, baik gaya, tema, varietas, maupun struktur karya sastra suku bangsa perempuan. Para sastrawan pemudi pula diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan. Penyelidikan-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu mualamat tentang rekaman sastra dan sistem sastra suku bangsa perempuan. Kegiatan Membiasakan 4 Teori Sastra Struktural Teori perjamuan pembaca berusaha mengkaji kawin karya sastra dengan resepsi penataran pembaca. Intern rukyah teori ini, makna sebuah karya sastra tidak boleh dipahami melalui bacaan sastra itu koteng, melainkan hanya dapat dipahami dalam konteks pemberian makna yang dilakukan oleh pembaca. Dengan perkenalan awal tak, makna karya sastra cuma boleh dipahami dengan meluluk dampaknya terhadap pembaca. Karya sastra sebagai dampak nan terjadi pada pembaca inilah yang terkandung dalam signifikansi konkretisasi, yaitu pemaknaan yang diberikan makanya pembaca terhadap teks sastra dengan mandu melengkapi referensi itu dengan pikirannya sendiri. Karuan saja pembaca tidak bisa mengerjakan konkretisasi sebebas nan sira kira karena senyatanya konkretisasi yang dia bakal tetap berada dalam batas horizon harapannya, merupakan selengkap anggapan bersama tentang sastra yang dimiliki oleh generasi pembaca tertentu. Horizon harapan pembaca itu ditentukan oleh tiga hal, yaitu 1. kaidah-kaidah nan terkandung internal pustaka-teks sastra itu sendiri, 2. embaran dan camar duka pembaca dengan berbagai referensi sastra, dan 3. kemampuan pembaca menghubungkan karya sastra dengan kehidupan nyata. Butir ketiga ini ditentukan pula oleh sifat indeterminasi pustaka sastra, adalah disekuilibrium yang dimiliki teks sastra terhadap umur real. Teori resepsi sastra beranggapan bahwa kognisi kita tentang sastra akan lebih kaya jika kita meletakkan karya itu n domestik konteks pluralitas horizon harapan yang dibentuk dan dibentuk pula berpunca zaman ke zaman oleh berbagai generasi pembaca. Dengan begitu, dalam kognisi kita terhadap suatu karya sastra terkandung dialog antara n harapan musim kini dan perian sangat. Jadi, ketika kita mengaji suatu teks sastra, kita tidak semata-mata belajar tentang segala nan dikatakan bacaan itu, belaka yang bertambah terdahulu kita juga belajar adapun apa nan kita pikirkan tentang diri kita seorang, harapanharapan kita, dan bagaimana ingatan kita farik dengan pikiran generasi bukan sebelum kita. Semua ini terkandung dalam horizon intensi kita. DAFTAR PUSTAKA Atmazaki. 1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Bandung Angkasa Raya. Brill, A. A. 1955. Lectures on Psychoanalytic Psychiatry. New York Vintage Books. Brill, A. A. 1960. Basic Principles of Psychoanalysis. New York Washington SquarePress. Budianta, Melani dalam Kris Budiman. 2002. Kajian Wacana. Yogyakarta Kanal. Culler, Jonathan. 1975. Structuralist Poetics. London Routledge & Kegan Paul. Djajanegara, Soenarjati. 2000. Suara Sastra Feminis. Jakarta Gramedia. Eneste, Pamusuk. 1983. Proses Makmur Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang. Jakarta Gramedia. Freud, Sigmund. 1938. Interpretation of Dreams dalam The Basic Writing of Sigmund Freud. New York Modern Library. _____________. 2001. Kata tambahan Mimpi. Yogyakarta Tingkap. Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta Hanindita Graha Widia. Jefferson, Ann dan Robey, David. 1993. Modern Literary Theory A Comparative Introduction. London B. T. Batsford Ltd. Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta Gramedia. Milner, Max. 1992. Freud dan Terjemahan Sastra. Jakarta Intermasa. Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta Pustaka Peserta. Propp, Vladimir. 1987. Morfologi Kisah Rakyat. Ambang Lendut Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Scholes, Robert. 1974. Structuralism in Literature. New Haven Yale University Press. Selden, Raman. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Mutakhir. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita. Bandung Nuansa. Suhandjati, Sri dan Sofwan, Ridin. 2001. Perempuan dan Berahi dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta Gama Ki alat. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta Teks Jaya. ____________. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta Gramedia. Todorov, Zvetan. 1985. Tata Sastra. Jakarta Djambatan. MODUL 9 Persebaran SASTRA Kegiatan Berlatih 1 Supernaturalisme dan Naturalisme serta Idealisme dan Materialisme Istilah-istilah naturalis, materialis, dan idealis, adalah istilah-istilah nan digunakan di kalangan hobatan metafisika perumpamaan satu paham, pandangan, atau falsafah hidup yang akhirnya di pematang ilmu sastra merupakan aliran yang dianut seseorang dalam menghasilkan karyanya. Peredaran dalam karya sastra galibnya terpandang pada periode tertentu. Setiap masa sastra biasanya ditandai oleh peredaran yang dianut para pengarang pada musim itu. Lebih lagi unsur aliran yang menjadi mode plong waktu tertentu merupakan ciri tunggal karya sastra yang berada pada masa tersebut. Kebobrokan persebaran misal gerendel pandangan hidup, start dari paham yang dikemukakan para filosof dalam menghadapi kehidupan jagat ini. Parafrase yang mula-mula diberikan oleh manusia terhadap alam ini suka-suka dua macam, yakni supernatural dan natural. Penganut perseptif-paham tersebut dinamakan supernaturalisme dan naturalisme. Paham supernatural mencadangkan bahwa di internal pan-ji-panji ini terwalak wujud-wujud yang bersifat lucut yang bersifat kian tinggi atau lebih kuasa daripada alam positif yang mengatur semangat alam sehingga menjadi duaja yang ditempati sekarang ini. Ajun animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan yang minimal tua usianya dalam album urut-urutan kebudayaan bani adam yang bermula lega paham supernaturalisme dan masih dianut oleh sejumlah umum di muka bumi ini. Sebagai tandingan berbunga peka supernatural adalah realisme yang menolak kritis supernatural. Tanggap ini mengemukakan bahwa gejala-gejala pan-ji-panji yang kelihatan ini terjadi karena kekuatan nan terwalak di dalam alam itu koteng yang bisa dipelajari dan dengan demikian dapat diketahui. Kritis ini pula mengemukakan bahwa dunia sesekali mengelepai pada materi, kebendaan, dan gerak. Proklamasi pokok dalam hayat dan akhir kehidupan yakni materi, atau profan. Pada bidang seni terdapat pun kedua aliran besar tersebut dengan karakteristik nan farik, merupakan rotasi idealisme dan materialisme. Idealisme adalah aliran yang menilai tinggi angan-angan idea dan cita-cita ideal sebagai hasil perasaan ketimbang mayapada faktual. Aliran ini pada awalnya dikemukakan oleh Socrates 469-399 sM. yang dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Plato 427-347 sM.. Dalam bidang seni rupa pelukis nan beraliran idealisme merentang makin doyan mewujudkan benda-benda sebaik mungkin daripada apa adanya. Internal ilmu etik idealisme mengandung pandangan hidup di mana rohani mewujudkan kekuatan nan berkuasa dan mengklarifikasi bahwa semua benda di dalam liwa dan pengalaman merupakan perwujudan perasaan, pandangan yang berwujud. Bandingan aliran idealisme adalah perputaran materialisme. Rotasi ini mengemukakan bahwa manjapada sebanding sekali bergantung lega materi dan gerak. Ajaran ini sudah dikemukakan makanya Democrates pada abad ke-4 sM, nan mengatakan bahwa semua kejadian nan gaib, dan ajaib di tunggul ini digerakkan oleh elemen dan keluasan geraknya. Tidak ada kekuatan gaib yang bersifat supernatural nan mengeset arwah ini. Di dalam bidang seni, seni rupa dan seni pahat, aliran keduniaan atau realisme ini disebut sekali lagi dengan distribusi faktualisme, yaitu gambar lukisan yang diciptakan menurut kejadian alam yang sebenarnya nan berlandaskan atas faktor-faktor perspektif, perbandingan, warna, sinar, dan paparan. Sedangkan di dalam seni sastra perputaran materialisme alias naturalisme ini yaitu kelangsungan dari aliran realisme. Kegiatan Belajar 2 Idealisme dan Aliran Lainnya intern Karya Sastra Peredaran-sirkuit yang terwalak di intern karya sastra lain boleh di- “cap”-kan sebaik-baiknya kepada seorang pengarang. Sutan Takdir Alisyahbana, misalnya privat karyanya ia idealis tetapi kembali romantis, sehingga anda juga dikenal laksana sendiri yang beraliran romantis-pelamun. Dalam sirkuit idealisme terwalak aliran romantisme, simbolisme, ekspresionisme, mistisisme, dan surealisme. Sedangkan yang terdaftar ke dalam aliran materialism ialah aliran faktualisme, naturalisme, impresionisme, serta determinisme. Aliran lain yang saling pandang ke arah cucu adam bak pribadi nan unik dikenal sebagai perputaran eksistensialisme. Aliran idealisme adalah sirkulasi di intern filsafat yang menyorongkan bahwa dunia ide,dunia cita-cita, dunia harapan adalah dunia utama yang dituju dalam pemikiran makhluk. Dalam dunia sastra, idealisme bermakna aliran yang menggambarkan dunia yang dicita-citakan, dunia nan diangan-angankan, dan dunia harapan nan masih abstrak yang jauh jangka waktu pencapaiannya. Di dalamnya digambarkan keindahan spirit yang ideal, yang meredam emosi, penuh kedamaian, kebahagiaan, kesejahteraan, objektif makmur dan segala sesuatu yang menggambarkan dunia harapan yang sesuai dengan tuntutan batin yang menyenangkan yang tidak lagi adanya kebengisan, kekhawatiran, kemiskinan, penindasan, ketidakadilan, keterbelakangan, yang menyusahkan dan menyengsarakan batin. Sastrawan Indonesia yang dikenal laksana seorang yang pengkhayal baik di dalam novel atau puisinya ialah Sutan Kodrat Alisyahbana. Arus romantisme ini mengistimewakan kepada kata majemuk perasaan laksana asal perwujudan pemikiran pengarang sehingga pembaca tersentuh emosinya sehabis mengaji idiom perasaannya. Untuk membuat pemikirannya, pengarang menunggangi bentuk penguakan yang sepermai-indahnya dan sesempurnasempurnanya. Aliran romantisme rata-rata dikaitkan dengan masalah caruk karena penyakit cinta memang membangkitkan emosi. Cuma anggapan demikian tidaklah selamanya benar. Simbolisme merupakan aliran kesusastraan yang penyampaian tokoh-tokohnya tak manusia melainkan binatang, maupun benda-benda lainnya seperti tumbuh-tumbuhan yang disimbolkan sebagai perilaku manusia. Hewan-binatang atau bertaruk-tumbuhan diperlakukan sebagai manusia yang dapat bertindak, berbicara, berkomunikasi, berpikir, berpendapat sebagaimana halnya manusia. Keikhlasan karya sastra nan berideologi simbolisme ini biasanya ditentukan oleh situasi yang tidak kontributif pencerita ataupun pengarang berujar. Pada masyarakat lama, misalnya di mana kedaulatan bersabda dibatasi oleh kebiasaan etika moral yang menambat solidaritas dalam kerubungan awam, penglihatan dan pendapat mereka disalurkan melewati bentuk-kerangka peribahasa atau fabel. Aliran ekspresionisme yaitu aliran dalam karya seni, yang mementingkan curahan batin atau curahan jiwa dan tidak mementingkan situasi-peristiwa maupun kejadiankejadian yang nyata. Ekspresi batin yang keras dan meledak-ledak. legal dianggap seumpama pernyataan ataupun sikap pengarang. Sirkulasi ini purwa berkembang di Jerman sebelum Perang Dunia I, Pengarang Indonesia yang dianggap ekspresionis ialah Chairil Anwar. Mistisisme ialah arus kerumahtanggaan kepujanggaan yang mengacu pada pemikiran okultisme, ialah pemikiran yang berlandaskan kepercayaan kepada Zat Tuhan Yang Maha Esa, yang menghampari segala hal di alam ini. Karya sastra yang berideologi mistisisme ini memperlihatkan karya yang mencari penyatuan diri dengan Zat Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Tuhan Semesta Alam. Sreg masa karangmengarang Klasik dikenal Raja Ali Haji dengan Gurindam Dua Belas-nya yang sarat dengan tajali mistik. Pada karya-karya sastra saat ini ini yang memperlihatkan aliran mistik, misalnya Abdul Hadi Danarto, dan Rifai Ali. Surealisme merupakan aliran di dalam kesusastraan yang banyak melukiskan umur dan musyawarah alam bawah sadar, alam damba. Segala peristiwa yang dilukiskan terjadi dalam hari yang bersamaan dan serentak. Aliran ini dipengaruhi oleh Sigmund Freud 1856-1939 ahli psikiatri Austria nan dikenal dengan psikoanalisisnya terhadap gejala histeria yang dialami manusia. Dia berpendapat bahwa gejala histeria traumatic nan dialami seseorang dapat disembuhkan melalui analisis kerohanian yang dilakukan dengan kondisi kesadaran pasien, bukan dengan cara menghipnotis sebagaimana yang dilakukan oleh rekannya Breuer. Menurut Freud emosi nan terpendam itu bersifat genital. Ragam sosok digerakkan oleh erotisme, nafsu seksual yang nirmala. Dengan menggali bawah siuman makhluk, beliau akan dapat dikembalikan kepada kondisinya semula. Kegiatan Sparing 3 Faktualisme dan Rotasi Lainnya n domestik Karya Sastra Realisme yakni sirkulasi dalam karya sastra yang berusaha menggambarkan suatu objek seperti segala apa adanya Pengarang berperan secara objektif. Dalam keobjektifanlah beliau melihat keindahan objek yang dibidiknya dan dihasilkan di dalam karya sastra. Pengarang lain memasukkan ide, perhatian, tanggapan kerumahtanggaan menghadapi objeknya. Gustaf Flaubert seorang pengarang naturalisme Perancis mencadangkan bahwa objektivitas pengarang lalu diperlukan privat menghasilkan karyanya. Objek nan dibidik pengarang sebagai incaran ceritanya tidak sekadar manusia dengan beragam karakternya, sira juga dapat positif dabat, alam, merecup-tumbuhan, dan objek lainnya yang berkesan untuk pengarang laksana sumber inspirasinya. Impresionisme berarti aliran internal bidang seni sastra, seni lukis, seni nada yang lebih mengutamakan kesan tentang suatu sasaran nan diamati bersumber pada wujud mangsa itu koteng. Di bidang seni lukis, aliran ini berusul di Perancis plong pengunci abad ke-l9.. Di dalam seni sastra sirkuit impresionisme tidak berbeda dengan rotasi realisme, hanya pada impresionisme yang dipentingkan ialah kesan nan diperoleh akan halnya objek yang diamati pencatat. Seterusnya, kesan semula yang diperoleh pengarang diolah dan dideskripsikan menjadi visi pengarang yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Karya sastra yang berpaham impresionisme pada umumnya terdapat lega waktu legiun Pujangga Hijau, masa Jepang, yang plong hari itu kedaulatan berekspresi tentang cita-cita, harapan, ide belum dapat disalurkan secara longo. Semua idealism disalurkan melangkaui rancangan yang subtil yang maknanya gadungan. Pengarang Indonesia yang karyanya bersifat impresif antara lain ialah Sanusi Pane, dengan puisi-puisinya Candi, Padma, Sungai, Abdul Hadi dan Rendra. Perputaran naturalisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa fenomena alam nan kasatmata ini terjadi karena kekuatan alam itu koteng yang berinteraksi sesamanya. Kesahihan kreasi alam ini berasal sreg kelebihan alam natura. Di dalam seni lukis sirkuit naturalisme ini dimaksudkan sebagai karya seni yang menampilkan keadaan alam apa adanya, beralaskan faktor perspektif, nisbah panah, dan bayangan. Di dalam karya sastra persebaran naturalisme merupakan aliran yang pula menampilkan situasi begitu juga adanya. Karena itu anda tidak jauh berbeda dengan faktualisme. Hanya sekadar, kalau realisme mengedepankan objek segala apa adanya yang mengarah kepada kesan konkret, kesan nan menyenangkan, sedangkan naturalisme sebaliknya. Kerumahtanggaan kesusastraan Barat, yang dikenal sebagai tokoh naturalis ialah Emil Zola 1840-1902 pengarang Perancis. Internal karyanya gambaran kemesuman, pornografi digambarkan apa adanya. Aliran seni untuk seni l’art pour art’ melatarbelakangi pandangannya kerumahtanggaan berkarya. Di Indonesia pengarang yang karyanya menuju beraliran realisme yakni Armijn Pane dengan novel Belenggu-nya, Motinggo Busye puas mulanya-awal novelnya tahun 60-an dan 70-an bahkan memperlihatkan novel nan dikategorikan pornografis. Novel Surat sita l998 karya Ayu Utami lagi menunjuk-nunjukkan gaya ke sebelah naturalis. Determinisme yaitu aliran dalam kesusastraan yang merupakan simpang dari naturalisme yang menekankan kepada takdir sebagai penggalan dari nasib manusia yang ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. Garis hidup nan dialami manusia bukanlah predestinasi yang ditentukan oleh yang Mahakuasa melainkan suratan nan datang merayapi nasib seseorang karena faktor keturunan dan faktor mileu yang mempengaruhinya. Kegiatan Sparing 4 Eksistensialisme internal Karya Sastra Di samping distribusi-sirkulasi yang sudah dibicarakan sebelumnya, terwalak pula rotasi kesusastraan yang berkembang pengunci-intiha ini, yaitu distribusi eksistensialisme. Arus ini merupakan persebaran di dalam metafisika yang muncul dari rasa ketidakpuasan terhadap dikotomi aliran idealisme dan aliran materialisme dalam memaknai semangat ini. Distribusi idealisme nan hanya mementingkan ide bagaikan sumber kebenaran roh dan keduniaan yang menganggap materi sebagai sumber kebenaran semangat, mengabaikan manusia perumpamaan bani adam hidup yang punya keberadaan seorang nan tak sebagai halnya insan lainnya. Idealisme melihat manusia hanya seumpama subjek, saja sebagai kognisi, padahal materialisme melihat manusia hanya sebagai objek. Duniawi lupa bahwa sesuatu di marcapada ini disebut korban karena adanya subjek. Eksistensialisme ingin mencari jalan ke asing bersumber kedua pemikiran nan dianggap ekstrem itu yang berpikiran bahwa manusia di samping ia seumpama subjek ia pula pula serempak sebagai incaran dalam umur ini Ahmad Tafsir,1994 keadaan 193. Introduksi eksistensi berusul dari kata exist, bahasa Latin yang diturunkan dari kata ex nan berjasa ke asing dan sistere signifikan agak kelam. Makara kedatangan penting meleleh dengan ke luar dari diri sendiri. Perasaan sebagai halnya ini intern bahasa Jerman dikenal dengan dasei. Dengan ia ke luar berbunga dirinya, manusia mengingat-ingat keikhlasan dirinya, ia berada perumpamaan aku atau sebagai pribadi yang menghadapi dunia dan memaklumi segala yang dihadapinya dan bagaimana menghadapinya. Dalam menyadari keberadaannya, orang gelojoh memperbaiki, ataupun membangun dirinya, ia tidak perantaraan selesai n domestik membangun dirinya. Ahli pikir yang pertama mengemukakan eksistensi basyar ialah Kompos Aabye Kierkegaard 1813-1855 mulai sejak Denmark, kemudian Jean Paul Satre 1905-1980 filsuf Perancis yang menyebabkan eksistensialisme menjadi terkenal. Menurut Satre karena sosok menyadari bahwa dia terserah, yang berarti hamba allah menyadari pun bahwa ia menghadapi periode depan. Karenanya manusia misal anak adam punya tanggung jawab terhadap masa depan dirinya seorang dan tanggung jawab terhadap manusia secara keseluruhan. Akibatnya, orang eksistensialisme berpendapat bahwa riuk satu watak keberadaan manusia adalah rasa takut yang datang berbunga pemahaman tentang wujudnya di dunia ini. Sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap manusia lainnya di dunia ini, mereka independen menentukan, bebas mengakhirkan dan sendiri pula memikul akibat keputusannya tanpa ada orang lain maupun sesuatu yang bersamanya. Dari konsepnya ini ketimbul pemikiran bahwa nasib khalayak ditentukan oleh dirinya koteng dengan tidak sambung tangan sedikit lagi berusul yang lain. Akibatnya, manusia gegares arwah internal rasa sunyi, cemas, potol tebak, dan takut serta gelojoh dipenuhi paparan harapan yang tidak pernah terpuaskan dan berakhir. Karena dasar eksistensialisme ini merupakan ide adapun keberadaan manusia, maka aliran ini tidak menekankan tendensi bahasa nan tunggal yang mencerminkan aliran tertentu, melainkan mengistimewakan kepada rukyat pengarang terhadap hayat dan kedatangan manusia. Kerumahtanggaan perkembangannya, aliran eksistensialisme berkembang menjadi dua jalur, yaitu eksistensialisme nan ateistis dan eksistensialisme nan theistis. Eksistensialisme yang ateistis dikembangkan oleh Jean Paul Sartre dan eksistensialisme yang theistis dikembangkan maka dari itu Gabriel Marcel. Beliau menyatakan dengan tegas bahwa semua eksistensi adalah kenyataan karena adanya Tuhan. Manusia enggak mungkin suka-suka kalau bukan ada Tuhan yang menciptakannya, dan konkretisasi duaja dunia ini ialah bukti nyata dari keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, keberadaan hamba allah di standard ini harus kembali ke perkembangan Allah dan mewujudkan apresiasi kepada Allah. Di internal kesusastraan Indonesia, eksistensialisme ini kelihatan pada novel-novel karya Iwan Simatupang, seperti Ziarah, Merahnya Bangkang, dan Kering, Dalam karyanya, Iwan Simatupang ogok turunan bak tamu di bumi ini. Sebagai tamu, ia nomplok, dan menjauhi pun. Manusia gelisah, tidak mempunyai rumah, demap congah privat perjalanan dan berlangitkan relativisme-relativisme. Daftar bacaan Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta Muhammadiyah University Press Faulkner, Peter. 1991. Modernisme Terang Konsep Sastra. Mulut sungai Lumpur Dewan Bahasa dan Referensi. Hasan, Fuad. 1992. Perkenalan dengan Eksistensialisme. Jakarta Bacaan Jaya. Pringgodigdo, 1977. Ensiklopedi Mahajana. Jakarta Kanisius. Rampan, Corrie Layun. 1966. Aliran dan Jenis Cerita Sumir. Flores Nusa Indah. .2000. Angkatan 2000 kerumahtanggaan Karya Sastra. Jakarta Gramedia. Utami, Ayu. 1998. Saman. Jakarta Gramedia. Simaatupang, Iwan. 1976. Ziarah. Jakarta Titian. Sugiarto, Bambang. 1999. Post Modernisme, Tantangan bagi Filsafat. Jakarta Kanisius. Suriasumantri, Yuyun. 1993. Filsafat Mantra Sebuah Pengantar Terkenal. Jakarta Teks Kilap Harapan. Tafsir, Ahmad. 1994. Filsafat Mantra Akal dan Hati Sejak Thales setakat James Pengantar kepada Makulat. Bandung Muda Rosdakarya. Tuloli, Nani. 1999. Penyair dan Sajaknya 1920-1990. Gorontalo BMT Nurul Jannah. Abdulah Hadi 1992. Mereka Menunggu Ibunya. Jakarta Auditorium Pustaka.
Lalu lakukan cara mengatasi mic headset tidak berfungsi di laptop ini: Klik 'Start', pilih 'Pengaturan' dan klik 'Sistem' > 'Suara'. Pilih mikrofon yang kamu gunakan pada 'Memilih perangkat input Anda'. Untuk menguji mikrofon, berbicara lah ke dalamnya dan periksa 'Uji mikrofon Anda'. Cara Mengatasi Mic Laptop Tidak Berfungsi. - Cara mengenali orang yang memakai susuk. Mungkin sebagian dari Anda ada yang sudah pernah melihat seseorang wanita yang cantik jelita atau seorang pria yang tampan menawan, kemudian Anda terbesit pada pikiran, bahwa dirinya menggunakan susuk? Apakah dengan hanya melihat pesona wajahnya saja Anda lantas langsung beranggapan bahwa orang tersebut memang benar memasang susuk? Cara mudah mengenali orang yang memakai susuk Faktanya, dari sebagian orang yang wajahnya memesona baik itu pria ataupun wanita, ternyata tidak semuanya menggunakan susuk. Akantetapi bagi orang yang menggunakan susuk maka bisa ditandai pada wajahnya, yaitu wajah orang tersebut akan memberikan pesona yang kuat. Nah, untuk kita bisa membedakannya maka Anda perlu mengetahui ciri ciri orang yang memakai susuk itu seperti apa, berikut akan saya berikan informasinya. Ciri ciri orang yang memakai sebuah susuk tentunya akan sangat mudah terasa energinya bagi orang-orang yang sudah memiliki mata batin atau istilahnya kita kenal dengan paranormal. Sehingga dengan sekejap mata saja mereka bisa mengetahui mana wanita cantik yang memang menggunakan susuk dan juga wanita cantik yang tidak menggunakan susuk. Namun ternyata tidak bagi kita yang masih awam tentang hal mistik seperti ini. Bahkan kita sendiri saja tidak akan bisa menyadari bahwa ternyata kita baru saja tergoda oleh orang yang memakai sebuah susuk dari bagian paras wajahnya yang mengagumkan. Seorang dukun spesialis susuk yang memang berkompeten dan juga berpengalaman luas tentang dunia susuk khususnya, mereka akan memberikan rahasia tentang bagaimana untuk kita bisa membedakan orang yang benar menggunakan susuk dan yang tidak memakai susuk, hal ini nantinya mudah dilakukan oleh orang yang masih awam. Tujuannya adalah agar kita ini tidak mudah tergoda dan terjerat pesona dari orang yang memakai susuk, khsuusnya dalam segi penampilan dan auranya yang begitu dahsyat. Ya, ternyata setelah di pelajari dengan seksama ada ciri-ciri orang memakai susuk yang bisa dengan mudah kita kenali. Ciri ciri orang yang memakai susuk Berikut ini ada beberapa ciri-ciri orang yang memakai susuk yang bisa Anda kenali dengan mudah 1. Orang Tersebut Akan Mudah Mengambil Pusat Perhatian Banyak Orang Seseorang wanita yang cantik atau tampan pasti akan menarik perhatian banyak orang disekitarnya. Namun berbeda dengan orang yang menggunakan susuk akan menjadi pusatnya perhatian banyak orang. Jika Anda melihat banyak sekali orang disekitar Anda yang terfokus pandangannya kepada seseorang dengan wajah yang begitu mempesona. Kemungkinan besar dirinya menggunakan susuk louh. Namun apabila hanya beberapa orang saja yang tiba-tiba terfokus pada wajahnya setelah berpapasan dengan dirinya, maka kemungkinan orang tersebut menggunakan susuk relatif sangat kecil. 2. Wajahnya Orang Tersebut Sangat Bersinar Ketika Dilihat di Foto Ada ciri-ciri orang yang memakai susuk, yang paling mudah kita kenali adalah pada bagian wajahnya akan terlihat begitu mempesona dan terang serta bersinar ketika berada di sebuah Foto. Biasanya untuk ciri-ciri ini lebih efektif dikenali jika dilihat melalui foto yang telah dicetak, hal ini bukan di layar smartphone atau kamera ya. Karena kalau dari Camera HP maka pancaran cahaya dari flash suatu kamera akan membiaskan aura orang yang menggunakan susuk yang begitu dahsyat. Sehingga jika dilihat wajahnya dari foto maka dirinya akan terlihat lebih cerah bersinar dan juga sangat putih. 3. Tubuh dan wajahnya Menggoda Jika Dipandang Pada umumnya orang yang nampak terlihat menggoda, apabila sumbernya berada pada lekuk tubuh yang seksi, baik itu pada pria atau wanita, bisa jadi dia tidak pakai susuk. Seorang yang menggunakan susuk akan terlihat menggoda dan menggairahkan walaupun Anda hanya memandang wajahnya, meski tubuhnya tidak terlalu seksi atau binal. Akantetapi tidak bisa dipungkiri jika ternyata pengguna susuk ini juga kebetulan memiliki tubuh yang seksi. Untuk cara membedakannya yaitu Anda bisa tergoda sebelum Anda mengalihkan pandangan Anada pada lekuk tubuhnya. Dan ketika pandangan Anda sudah tertuju pada tubuhnya yang seksi maka Anda akan semakin tergoda dan terpengaruh dengan susuknya itu. 4. Pemakai Susuk Anti Makan Sate Nah, untuk cari-ciri orang yang memakai susuk adalah dia anti memakan sate. Seseorang yang memakai susuk sangat menghindari yang namanya sate. Meskipun ada juga beberapa makanan yang menjadi pantangannya selain sate. Tetapi sate adalah makanan yang paling mudah Anda gunakan untuk membuktikan orang yang memakai susuk. Kalau dia tidak berani makan sate bisa jadi dia adalah orang yang menggunakan susuk. Penutup Nah itulah beberapa ciri-ciri orang yang memakai susuk, serta cara paling mudah Anda kenali, agar Anda bisa membedakan mana seseorang yang menggunakan susuk dan mana yang tidak. Namun untuk hal ini tetaplah jadikan sebagai sebuah rahasia saja, jangan langsung menuduh orang lain memakai susuk meski Anda sudah mengetahuinya ya. Karena kalau Anda ngomong blak-blakan maka bisa jadi orang tersebut bisa emosi. Jadi terkadang diam ini adalah emas, mending diam saja. Semoga ulasan kali ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan spiritual Anda. Sampai jumpa di artikel yang lainnya. .
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/706
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/930
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/701
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/389
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/963
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/942
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/354
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/861
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/311
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/865
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/234
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/227
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/188
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/775
  • 35zeqzt1rq.pages.dev/675
  • cara mengetahui susuk masih berfungsi atau tidak