Fasismemerupakan ideologi politik yang meletakkan kepentingan negara lebih penting daripada kepentingan individu atau masyarakat melalui penekanan kepada ketakutan terhadap sesebuah musuh yang dibayangkan dalam kerangka konspirasi atau ideologi lain. Dalam pola pemikiran fasis, musuh berada di mana-mana baik di medan perang mahupun dalam bangsa sendiri sebagai unsur yang tidak sesuai dengan ideologi fasis. Fasisme mementingkan perpaduan dan keseragaman yang wajib antara masyarakat bangsa yang s
Ideologi di Jerman yang terkenal adalah ideologi Fasisme. Ideologi yang diciptakan oleh seorang penguasa Jerman bernama Adolf Hitler. Namun, apa itu sebenarnya fasisme? Fasisme adalah paham yang berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan otoritas yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian. Menjadi sangat penting dalam ideologi fasis, karena ideologi ini selalu membayangkan adanya musuh, sehingga pemimpin dan militer harus kuat dalam menjaga negara. Baca juga Mengenal Seluk Beluk Budaya Jerman Paling Lengkap Latar Belakang Ideologi Fasisme Pada masa pemerintahan Adolf Hitler, dirinya bercita-cita untuk memperjuangkan dan membebaskan negaranya dari penindasan, bahkan dia bercita-cita untuk menguasai negara. Sehinggga, ada beberapa hal yang melatarbelakangi ideologi fasisme, seperti berikut ini. Hitler melahirkan ide Fasisme-nya atas situasi dan kondisi yang mencengkram saat di Jerman yaitu daerah dimana ketika Hitler singgah di Wina. Wina merupakan daerah yang sangat didominasi oleh suku Yahudi yang telah menindas rakyat, sehingga rakyat Jerman mengalami penderitaan, banyak pengangguran, tidak adanya keadilan sosial. Tetapi Hitler melihat sedikit harapan yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat Jerman bahwa dalam tubuh mereka, masih ada sifat nasionalisme. Sehingga itu semua dimanfaatkan oleh Hitler untuk menggerakan rakyat Jeman demi sebuah cita-cita untuk membebaskan Jerman dari belenggu Yahudi. Alasan kedua adalah Nazi, sebuah partai berpengaruh di bawah pimpinan dirinya, serta The Third Reich, visi masa depan Jerman yang dia perjuangkan, adalah fenomena tersendiri. Begitu pula dengan angkatan perang Jerman yang sanggup menguasai begitu cepat ke negara-negara sekitar Jerman. Namun, Hitler adalah sosok sentral yang jauh lebih fenomenal. Alasan ketiga adalah pemikiran politik Hitler dan ideologi Fasisme merupakan sebuah kerangka politik yang dia gunakan untuk mengatur Jerman. Karena menurutnya hanya dengan implementasi fasisme, Jerman dapat kembali pada kejayaan dan tidak ditindas oleh kaum Yahudi. Demi terciptanya sebuah tatanan politik Jerman di bawah kekuasaanya, Hitler memiliki kerangka politik yang dikemasnya melalui Fasisme yang telah dia jelaskan lewat karyanya Mein Kampf. Hal yang Dilakukan Hitler Untuk Menyebarkan Ideologi Fasisme Hitler menulis dengan sebuah perhitungan politik yang cerdik, yang kemudian diteruskan dengan gerakan Nasionalis- Sosialis sehingga terbangunlah Fasisme dengan kerangka politik Hitler yaitu Strateginya dimulai dengan melakukan propaganda dengan menyadarkan rakyat Jerman akan krisis yang melanda Jerman adalah dikarenakan orang-orang Yahudi. Sehingga hal ini menimbulkan perlawanan dari rakyat Jerman, bahkan untuk melakukan peperangan Propaganda dilakukan kepada kaum buruh agar mereka menjadi seorang Nasionalis- Sosialis Jerman sehingga mereka ingin melakukan gerakan untuk Negara. Dan ini harus dilakukan oleh seorang proklamator yang berani memimpin jutaan kaum buruh yang dapat memberikan dorongan baru untuk kemajuan Jerman Revolusi, titik ini adalah puncak yang diberikan oleh Adolf Hitler. Dimana revolusi itu adalah sebuah gerakan heroic yang harus timbul dari rasa nasionalis warga negaranya, dan revolusi akan gagal bila hal ini lahir bukan oleh rasa pembelaan tanah air di dalam negara itu Berangkat dari kerangka politik tersebut, itulah awal mula keinginan Hitler untuk meguasai dunia. Ya, ideologi fasis yang awalnya menurut Hitler merupakan solusi bagi negaranya, berubah menjadi sebuah ideologi yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jerman, tetapi oleh masyarakat dunia. Tertarik untuk mempelajari sejarah dan kebudayaan Jerman dengan seluk beluknya? Tunggu postingan selanjutnya ya! Belajar bahasa Jerman akan lebih mudah ketika kamu juga memahami seluk beluk negara Jerman lho. Yuk mulai belajar Bahasa Jerman sekarang! SumberNazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, melainkan juga rasialisme dan rasisme 19. Salah satu ciri fasisme Jerman adalah...a. paham yang mengajarkan asas demokrasi untuk negarab. angkatan perang jerman kuat dan tidak tersaingi negara manapunc. menghalalkan segala cara untuk mencapai maksudnyad. Jerman tidak menyetujui hasil Perjanjian Versaillese. bangsa Jerman mengakui sebagai ras tinggi di duniaJawaban E1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, melainkan juga rasialisme dan rasisme. Adolf Hitler memasukkan unsur anti-Semit pada fasisme. Kemunculan fasis di Jerman karena berdirinya Partai Buruh Jerman di Munich, yaitu Deutsche Arbeiter Partij oleh Adolf Hitler. Berkembang menjadi partai National Sozialistiche Deutsche Arbeiter Partij dan dikenal dengan Partai Nazi. Pada 30 Januari 1933, Hitler diangkat sebagai konselir adalah paham yang berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan otoritas yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian. Menjadi sangat penting dalam ideologi fasis, karena ideologi ini selalu membayangkan adanya musuh, sehingga pemimpin dan militer harus kuat menjaga negara. Fasisme adalah sebuah paham politik kekuasaan absolut tanpa demokrasi, paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Fasisme sering disebut sebagai sikap nasionalisme yang berlebihan atau tergolong gerakan radikal ideologi nasionalis yang menganut politik otoriter.
DiktatorJerman, Adolf Hitler. (BBC) Fasisme adalah salah satu dari beberapa paham atau ideologi dalam proses menjalankan suatu negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasisme adalah prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter.
Jakarta - Paham sosialisme adalah ideologi yang berasal dari reaksi terhadap Revolusi Industri pada abad ke-18. Di masa tersebut, paham liberalisme amat kental dan kondisi di sektor industrialisasi menghadirkan praktik kapitalisme di tangan individu sebagai pemilik modal dan menyampingkan keberadaan ini lahir dan berkembang pada akhir abad ke-18 di Eropa sebagai kritik atas kapitalisme. Para pendukung paham sosialisme menilai sistem ekonomi ini hanya menguntungkan kaum borjuis yang mengeksploitasi kaum lebih paham secara menyeluruh, simak pembahasan latar belakang kemunculan paham sosialisme serta tokoh dan ciri-cirinya berikut ini, dikutip dari buku Sejarah Hubungan Perkembangan Paham-Paham Besar, yang disusun oleh Yuliani 2020.A. Latar Belakang KemunculanIstilah sosialisme digunakan pertama kali oleh Alexander Vinet, seorang teolog Protestan asal Perancis. Dalam artikelnya yang dimuat di surat kabar Le Semeur Penabur di tahun 1831, paham sosialisme adalah paham yang bertujuan untuk membentuk negara yang memberlakukan usaha kolektif dan membatasi kepemilikan secara industrialisasi di Eropa mendorong kemunculan paham sosialisme. Sebagian besar lembaga usaha atau perusahaan merupakan milik swasta atau perorangan. Untuk menjalankan usaha dan pabriknya itu, setiap pemilik usaha kapitalis membutuhkan orang sebagai pekerja buruh.Para pekerja ini dieksploitasi besar-besaran dengan upah yang rendah. Mereka bahkan tidak mendapat jaminan dan perlindungan kesejahteraan. Kondisi tersebut memicu meningkatnya kemiskinan dan kriminalitas. Di sisi lain, kaum kapitalis semakin kaya raya dan menguasai di atas membuat kaum kapitalis dan kaum buruh proletar memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Untuk itu, mereka yang menentang sistem ekonomi seperti ini, khususnya kaum buruh melakukan juga melayangkan sejumlah tuntutan berupa hak-hak, jaminan, dan perlindungan kesejahteraan dari kaum kapitalis. Mereka bersatu dan membentuk kelompok dengan kepentingan untuk memperjelas status dan kedudukan mereka. Kelompok ini yang kemudian disebut sebagai golongan Tokoh Paham SosialismePaham sosialisme didukung dan diperjuangkan oleh sejumlah tokoh yang sangat dikenal di seluruh dunia. Tokoh-tokoh paham sosialisme adalah Robert Owen Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier Perancis, Karl Marx dan Friedrich Engels Jerman.Karl Marx dan Friedrich Engels semakin populer setelah menulis buku berjudul das Capital. Dalam buku tersebut, Karl Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat dunia sama dengan sejarah perjuangan kelas. Oleh karenanya ia mendambakan kehidupan masyarakat tanpa Karl Marx dalam hal ini disebut sebagai komunisme dan pengikutnya disebut komunis. Namun istilah komunisme bukanlah ciptaannya, istilah tersebut merupakan ciptaan sosialis Prancis, Etienne Cabet 1788-1856. Karl Marx merupakan pengembang ajaran sosialisme-komunisme yang kemudian berkembang di Rusia dibawah pimpinan Ciri-Ciri Paham SosialismeAdapun ciri utama dari paham sosialisme adalah tidak adanya pembagian kelas sosial, mengutamakan kepentingan dan kekuasaan negara, hak milik pribadi atas produksi tidak diakui, menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan sederajat, kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi diatur paham sosialisme adalah tidak ada pembatas antara orang kaya dan miskin, pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam perekonomian, dan mudah melakukan pengendalian kekurangannya yaitu hak perorangan dibatasi, potensi dan daya kreasi tidak berkembang, dan tidak ada kebebasan individu. Simak Video "BNPT Jangan Gunakan Ideologi Kebencian-Intoleran Jelang Pemilu 2024" [GambasVideo 20detik] pal/pal Adapunpengertian dari idealisme menurut KBBI adalah (1) "AliranBerikutbeberapa penyebab mumculnya fasisme di Jerman: Kejayaan masa lampau, yang dibuktikan dengan banyaknya ilmuwan yang berasal dari ras Arya; Kesulitan ekonomi; Lemahnya sistem pemerintahan; Kemenangan Partai Nazi pemilu 1930; Pada 30 Januari 1933, Hitler diangkat sebagai konselir Jerman.
- Ideologi Liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan. Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahasa Inggris disebut liberty yang artinya yang dimaksud adalah kebebasan untuk bertempat tinggal, kemerdekaan pribadi, hak untuk menentang penindasan, serta hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi dan hak itu, liberalisme juga didefinisikan sebagai suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan individu, baik dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama, maupun kebebasan sebagai warga Negara dinamakan liberalisme. Paham liberal maupun sebagai reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan agamawan pada masa perkembangan feodalisme dengan pemerintahan monarki absolute. Pendukung utama paham liberal adalah kaum borjuis dan kaum-kaum terpelajar kota. Sejarah Ideologi Liberalisme Mengutip Heru Nugroho dalam penelitiannya pada Jurnal Ilmiah Bestari dengan judul Tinjauan Kritis Liberalisme dan Sosialisme Vol. 13, 2000 2, paham liberalisme mulai berkembang di pada abad ke-18 dan 19 di Prancis dan Inggris. Sebagai suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa renaissance yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja atau agama. Saat itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Rakyat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat dan bertindak. Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan di semua bidang kehidupan. Mengutip modul Sejarah Kelas XI 2020, konsep kebebasan dalam bidang politik melahirkan pemikiran tentang negara yang demokrasi. Konsep bebas dalam bidang ekonomi membuat masyarakat menentang monopoli dan campur tangan pemerintah, rakyat menginginkan ekonomi bebas. Dalam bidang moral, liberalisme menjunjung tinggi kebebasan individu dan menentang otoriterisme. Dalam bidang agama, kaum liberal menginginkan kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinannya, bebas beribadah menurut agamanya, dan juga bebas untuk tidak menganut agama apapun. Yang mana, urusan agama tidak boleh dicampur dengan urusan Siswanto dalam penelitiannya berjudul Konvergensi antara Liberalisme dan Kolektivisme sebagai Dasar Etika Politik di Indonesia dalam Jurnal Filsafat Vol. 38, 2004 270, menyebutkan bahwa ada empat unsur yang mendorong lahirnya liberalisme, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan, pemanfaatan alat-alat teknologi, perubahan sosial, dan timbulnya kesadaran memperbaharui cara hidup. Beberapa tokoh yang mengusung terjadinya liberalisme dalam kehidupan saat itu, antara lain Voltaire, Montesquieu, dan Rousseau. Salah satu peristiwa yang menjadi tanda lahirnya liberalisme di Eropa ialah Revolusi Industri di Inggris 1760-1840 dan Revolusi Perancis 1789-1815. Ciri-ciri Liberalisme Mengutip kembali dari Dwi Siswanto Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004 271, disebutkannya ada lima ciri liberalisme, yaitu Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik. Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh. Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas. Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan. Kebahagiaan individu adalah tujuan utama. Sementara itu, Heru Susanto membagi ciri-ciri liberalisme dalam beberapa bidang, antara lain sebagai berikut Bidang Politik Munculnya demokratisasi. Bidang Sosial Kebebasan berpendapat, kesamaan kesempatan dalam usaha, reformasi sosial, dan perasaan egaliter. Bidang Seni dan Budaya Kebebasan dalam berekspresi, seperti lukisan, drama, seni, musik, dan lain-lain. Bidang Ekonomi Ekonomi pasar yang demokratis. Contoh dan Penerapan Liberalisme Masih dari Heru Susanto, ia menuturkan dalam penelitiannya bahwa pengaruh atau praktik liberalisme yang berjalan dan berdampak bagi kehidupan saat ini adalah munculnya globalisasi. Secara garis besar, dapat dipahami bahwa globalisasi mengintroduksikan pasar bebas, hiperliberalisasi individu, dan berupaya mengurangi peran pemerintah dalam sektor ekonomi. Di Indonesia, sistem liberalisme tidak diterapkan dalam kehidupan politik, tetapi diterapkan dalam kehidupan ekonomi. Berdasarkan pandangan Heru Susanto, pengaruh itu tampak pada berkembangnya gaya hidup penduduk yang mengikuti zaman. Hal tersebut dapat dilihat dari gaya hidup mewah dan kebebasan dalam hal memilih kebutuhan merupakan ciri-ciri liberalisme dalam sektor ekonomi. Selain itu, pengaruh liberalisme juga dapat dilihat di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman. Di negara-negara tersebut, liberalisme sangat dijunjung tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari penerapan demokrasi yang membuat rakyat bebas berpendapat dan berekspresi. Kemudian, dapat dilihat dari sektor ekonomi yang menerapkan prinsip sistem ekonomi pasar juga Sejarah Serta Pengaruh Ideologi Liberalisme di Asia dan Afrika Neoliberalisme di Antara MUI, Prabowo dan Jokowi Pengaruh Liberalisme di Asia Afrika Penyebaran paham liberalisme begitu pesat, hingga ke benua Asia dan Afrika. Paham ini kemudian memberikan pengaruh terhadap pergerakan masyarakat di kedua benua Bidang EkonomiPerkembangan liberalisme masuk ke dalam bidang ekonomi Asia-Afrika. Pengaruh liberalisme dalam bidang ekonomi contohnya Liberalisasi perdagangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Afrika. Perdagangan bebas membuat masyarakat Asia Afrika bebas melakukan perdagangan luar negeri secara sekuler. Negara-negara Asia Afrika mulai mengembangkan produk industri masing-masing. Taraf kehidupan masyarakat Asia Afrika meningkat. 2. Bidang PolitikSelain ekonomi, liberalisme juga memengaruhi politik negara-negara Asia Afrika sebagai berikut Masyarakat Asia-Afrika dapat memilih pemimpin mereka sendiri. Negara-negara Asia Afrika bebas menentukan sistem politik dan sistem pemerintahan. Masyarakat memiliki hak untuk menyuarakan pendapat. Munculnya kebebasan dan kemerdekaan pers. 3. Bidang Sosial dan KebudayaanPengaruh liberalisme dalam bidang sosial dan kebudayaan di Asia-Afrika antara lain sebagai berikut Hadirnya sistem pendidikan egaliter di negara-negara Asia Afrika. Berkembangnya budaya populer di negara-negara Asia Afrika. Keikutsertaan negara-negara Asia Afrika dalam kancah fashion, olahraga, dan kesenian internasional misal Piala Dunia, Miss Universe, dll. Beragamnya sekolah dan perguruan tinggi yang bebas dipilih oleh masyarakat Asia Afrika. Baca juga Sejarah Perkembangan Nasionalisme di Indonesia dan 5 Prinsipnya Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara Indonesia Hakikat, Dimensi, Urgensi, & Isi Pancasila Sebagai Ideologi Negara - Pendidikan Kontributor Alhidayath ParinduriPenulis Alhidayath ParinduriEditor Maria UlfaPenyelaras Yulaika RamadhaniDalam tulisan terdahulu, sudah diuraikan mengenai apa itu fasisme dan bagaimana baik nasionalisme dan agama menjadi dasar tumbuhnya benih fasisme gaya baru di Indonesia. Berikut ini pemaparan lebih jauh bagaimana benih fasisme tengah mencoba-coba melawan musuh imajiner, serta bagaimana fasisme mencederai hak asasi manusia di Indonesia. Bagian 2 Fasisme Tak mampu Menerima Kebhinekaan Sejak identitas keindonesiaan didefinisikan terkait dengan tafsir agama yang sempit dan konservatif, kelompok minoritas seksual LGBT lesbian, gay, biseksual, transeksual kemudian dianggap pula sebagai musuh, sama saja seperti PKI. Walaupun secara objektif mereka sama sekali tidak berbahaya – tidak ada LGBT yang mengancam orang atas nama identitas mereka. Persoalan LGBT kerap dikaitkan sebagai ancaman untuk reproduksi bangsa, yaitu tidak hanya sebagai ancaman moral, tapi juga sebagai ancaman untuk kekuatan fisik bangsa. Itu wacana klise dalam pemikiran fasis, yang menganggap kekuatan bangsa adalah dasar untuk melawan privat Identitas fasis membutuhkan identitas yang berciri eksklusif, identitas yang sempit dan tidak mampu menerima kebhinekaan. Keindonesiaan sebagai dasar identitas kini sudah mulai menjadi lebih eksklusif sejak agama garis konservatif sebagai identitas menjadi lebih penting. Agama bisa diperalat ideologi fasis Agama bisa menjadi dasar fasisme, karena dewasa ini agama dijadikan topik publik yang diekspresikan melalui simbol-simbol di ruang umum saja. Dewasa ini, agama menjadi identitas rombongan dan bukan soal individu lagi. Sebagai identitas umum, agama butuh lawan atau musuh, yaitu sesuatu yang cocok untuk menjadi kebalikan identitas agamanya. Jikalau agama sudah dijadikan dasar identitas eksklusif, maka akan kehilangan spiritualitasnya. Yang menjadi penting kemudian, bukan lagi perdebatan bebas tentang Tuhan, doa atau meditasi, tapi mendengar khotbah pemimpin sekaligus menelan bulat-bulat khotbahnya tanpa berpikir secara kritis. Kalau sudah begitu, agama hanya menjadi ekspresi hubungan antar manusia, bukan lagi ekspresi hubungan individu dengan Tuhan, karena individu menjadi hilang dalam ideologi identitas. Melalui identitas agama yang sempit, agama bisa diperalat ideologi fasis supaya musuh diwujudkan. Ketika negara bekerjasama dengan kelompok proto-fasis Gerakan fasis tidak langsung muncul sebagai gerakan besar. Pada awalnya, fasisme diwujudkan dalam kelompok kecil, yaitu kelompok proto-fasis yang sudah kenal gagasan perintah dan kepatuhan sebagai landasan struktur sosialnya. Ideologi mereka dijadikan sebagai asas tunggal dan kekerasan serta ancaman sebagai alat untuk menguasai dan mengancam orang lain. Premanisme yang berdasar ideologi, seperti preman-preman agama, suku, atau preman yang beroperasi atas nama negara, sudah bisa merupakan benih-benih fasisme. Ide mereka akan menyebar jika tidak dilawan oleh negara hukum dan masyarakat sipil. Di Indonesia, institusi negara cukup sering bekerjasama dengan kelompok proto-fasis ini karena negara tidak mampu melawan kekerasan dan ancaman yang dilakukan mereka. Atas tujuan melawan musuh imaginer, polisi menyebut rombongan preman Islam sebagai partner. Di Bali, TNI sudah bekerjasama dengan preman secara terbuka dalam program “Bela Negara”. Sungguh ironi memang ketika pelanggar hukum dijadikan sebagai pembela negara. Negara yang bekerjasama dengan kaum protofasis bsa membantu mereka untuk berkembang. Sebenarnya, kooperasi itu sudah merupakan tindakan anti-kebhinekaan. Hubungan militer dengan kesejahteraan Baik panglima TNI maupun elit politik kerapkali memiliki kedekatan dengan elit ekonomi, atau mereka sendiri sering merupakan bagian dari elit ekonomi ini. Penolakan ideologi kiri adalah salah satu strategi untuk melanjutkan orde ekonomi ini. Akhir tahun 2015, World Bank memaparkan bagaimana kesenjangan sosial di Indonesia mengalami kenaikan tercepat di Asia. Fakta tersebut sesungguhnya merupakan ancaman bagi persatuan bangsa. Jika persatuan tidak diwujudkan atas dasar keadilan dan kesamaan ekonomi, maka harus ada kesamaan ideologi untuk mengikat masyarakat. Sehingga kelompok elit mampu melawan musuh imajiner, dan ideologi persatuan atas nama identitas bisa memiliki unsur-unsur fasis. Sebagai contoh, Prabowo Subianto pernah berbicara tentang ekonomi kerakyatan padahal dia sendiri adalah elit ekonomi yang memiliki beberapa perusahan dan tanah luas. Dimunculkanlah sebuah retorika, bahwa terdapat sebuah persatuan yang mampu diwujudkan melalui ekonomi. Individu yang tidak punya alat produksi biasanya dipaksa untuk menjual tenaga kerjanya. Prinsip ini dimunculkan kaum elit sebagai bagian dalam upaya membangun bangsa. Padahal ujung-ujungnnya hanya memperkaya elit. Sementara wong cilik tidak mampu melawan, ketika mereka dieksploitasi habis-habisan sebagai tenaga kerja. Semakin tidak rasional Dewasa ini, Indonesia itu penuh wacana yang menciptakan ketakutan dan panik. Wacana tentang LGBT, narkoba dan komunisme punya potensial kepanikan massa yang luar biasa, yaitu potensial untuk mewujudkan identitas yang tidak rasional. Identitas yang tidak rasional layak untuk diperalat gerakan fasis. Menyangkut soal LGBT, kepanikan yang muncul adalah kepanikan moral. Dalam argumentasi fasis, LGBT dianggap merusak moral bangsa Indonesia, dan karena itu lebih baik mengancam LGBT, karena LGBT dituding mengancam moral bangsa. Dalam kasus fobia-komunisme, masyarakat dibuat panik melalui musuh yang mereka kenal sejak lama melalui propaganda Orde Baru, sehingga mereka dengan mudah ditakuti dengan hantu komunisme. Kondisi panik diciptakan untuk mempersatukan kelompok atas nama ideologi. Padahal, kepanikan dan ketakutan itu diciptakan oleh pemimpin mereka sendiri. Melawan musuh adalah strategi untuk melawan negara hukum dan hak asasi manusia. Dua gagasan tersebut menjadi lawan bagi masing-masing. Hak asasi manusia selalu berseberangan dengan ideologi fasis. Kelompok yang diam dan tidak berpihak justru membantu membangkitkan ideologi ini dengan sengaja atau tidak. Misalnya, pernyataan Jokowi pada hari anti-narkoba internasional bahwa pembawa atau penjual narkoba layak untuk langsung ditembak tanpa proses hukum merupakan ekspresi pikiran bahwa Indonesia adalah dalam keadaan darurat dan martabat individu kurang penting. Ini tentu saja melanggar HAM dan identitas negara Indonesia sebagai negara hukum. Menilai rendah kehidupan manusia merupakan gerbang awal memasuki ideologi fasisme. Bahkan presiden bisa menyiapkan keadaan untuk kebangkitan fasisme dengan tidak sengaja. Negara hukum, HAM dan demokrasi sebagai kebalikan fasisme adalah hasil yang dicapai perjuangan bangsa, dan penjabat negara tidak boleh main-main atas hal itu. Uraian terakhir tentang ancaman fasisme gaya baru di Indonesia dapat Anda simak dengan mengklik bagian ini. Kembali ke bagian pertama, klik di bawah ini. Penulis Timo Duile belajar Ilmu Politik, Antropologi dan Filsafat di Universitas Bonn, Jerman, dan Bahasa Indonesia di Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia. Kini dosen dan peneliti di Jurusan Ilmu Asia Tenggara di Universitas Bonn dan Jurusan Antropologi di Universitas Köln. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis..